Wisata Pantai
Di Loang Baloq, kita menziarahi diri sendiri. Mengunjungi usia,
menyaksikan ombak terkapar, kematian.
Dalam satu ruang-waktu, kita menikmati beringin, nisan,
dan bunga-bunga
sebagai wisata, dalam senja.
Matahari pudur dari balik bebukitan,
di balik samudra.
Seekor naga tengah mengejarnya, dalam doa-doa.
Di Rotterdam
Tidak adakah hal lain yang kausaksikan
di Rotterdam selain kamatian?
Benteng tinggi, berbatu. Mayat-mayat berserak dalam sejarah.
Di depannya, Hasanuddin berkuda, menyerang laut.
Di selatan, sebuah benteng yang lebih tangguh telah jatuh. Somba Opu.
Aku terbius kenangan.
Tidak adakah hal lain yang kausaksikan
di Rotterdam selain kematian?
Aku mengelukan anak-anak mencatatkan sejarah mereka.
Memilih situs-situs penting, menjadi museum.
Dari sana, kita tahu bahwa masa depan belumlah ranum.
Purnama di Jakarta
Kusaksikan rembulan kota ini hangus terbakar udara.
Garisnya terkikis lama-lama, pudar cahaya.
Sepertinya, polusi telah menjadi nadi, detak jantung ini kota.
Berbeda dengan purnama kota kita
yang masih serupa mata macan
tajam dan menjanjikan.
Rembulan kota ini remang, seperti lampu neon lima watt,
sementara jalanan tak pernah pudur warnanya.
Langit muram masam,
dan kita tidak menikmati apa-apa.
Orang-orang di sini sudah biasa menikmati malam melalui layar kaca.
Malam ragu-ragu muncul di ibukota.
Komentar